Senin, 11 September 2017

Survive

                Ketika segelintir pertanyaan mulai menyapa saya. Dari mulai “Udah kerja dimana Nur?” “Udah punya calon belum Nur?” “Kapan nikah Nur?”. Saya jadi merasakan apa yang selama ini orang dewasa rasakan. Berarti memang saat ini saya sudah dewasa *dari segi umur.
            Ketika ada orang nanya: Gimana sih caramu ngejalanin hidup Nur? Kok kayaknya walaupun peristiwa sebel, ngenes, sedih tapi kamu bisa bikin itu lucu jadi sebuah PM atau status. Atau temen-temen pada nyender kamu ketika mereka lagi ada masalah dan butuh solusi.
            Saya jawab pertanyaan pertama.
            16 Februari 2017 saya sidang skripsi dan Alhamdulillah prosesnya menyenangkan. Beban saya sebagai mahasiswa sedikit berkurang ketika melewati masa 3 tahun 5 bulan 16 hari. Yudisium selesai pada 15 Maret 2017 dan saat itu Surat Keterangan Lulus bisa saya gunakan untuk melamar kerja sembari menunggu wisuda. Dalam hati saya berkata “dunia nyata datang”. Merasakan pahit manis nya melamar sana-sini, ditolak sana-sini membuat saya sadar bahwa untuk mewujudkan cita-cita sejak kecil “membahagiakan orang tua dan jadi orang sukses itu” NGGAK GAMPANG. Ketika seleksi administrasi aja nggak lolos, ketika hanya sampai tes tertulis dan ketika diterima tapi kontrak nggak sesuai keinginan akhirnya mundur. Akan saya ingat sampai kapanpun tempat-tempat mana saja yang pernah saya masuki lowongan.
            24 Mei 2017 saya wisuda. Bukan bahagia tapi lebih tepatnya bersyukur. Bersyukur karena Allah kasih rezeki buat kuliah, bersyukur karena keluarga support penuh kegiatan saya, bersyukur karena Allah memudahkan urusan kuliah saya.
            Ketika saya share foto wisuda, orang mikirnya pasti saya bahagia, plong and it is my day. Saya tidak mau terjebak dalam lingkaran setan sosial media, dimana saya hanya memperlihatkan hal-hal yang terlihat “baik”. Karena biasanya orang-orang hanya mau memperlihatkan “apa yang ingin diperlihatkan” versi terbaik dari diri mereka. Padahal mereka tidak tahu ada cerita apa cerita dibalik foto tersebut.  Ibarat rumah mewah belum tentu isinya rukun. Saat wisuda saya demam dan rasanya pengen cepet pulang. Saat wisuda saya mikir “habis ini aku mau bisnis apa yaa? kerja apa yaa? rezeki ku dari mana ya?”. Trus ini uang ku masih cukup nggak yaa sampe tanggal 4 Juni. Karena Mei adalah bulan di ambang ke bokek an dimana banyak pengeluaran menyapa. Bagi saya wisuda itu hanya sebuah selebrasi, yang penting adalah prosesnya. Ibarat orang nikah, yang penting akadnya, resepsi adalah selebrasinya.
            Dari akhir 2015 saya sudah freelance menjadi tentor les privat SD. Saya jalani hanya dari satu siswa, jadi dua siswa, jadi 3 siswa. Lama-lama jadi banyak siswa, sampai akhirnya saya putuskan untuk membuka lembaga les privat sendiri. Saya cari murid, cari tentor dan saya kelola sendiri. Jujur, sebenarnya saya pengen kerja dikantor atau sebuah perusahaan. Saya pengen kerja sesuai SOP. Tapi Allah belum memberikan itu terhadap saya.
            Saya jadi merasakan, ternyata pintu rezeki itu terbuka dari berbagai macam cara. Allah memang belum memberikan saya rezeki melalui sebuah perusahaan atau kantor. Tapi Allah membuka pintu rezeki saya dari pintu yang lain. Beruntungnya saya hidup di keluarga yang selalu support. Mereka tidak pernah mengeluhkan saya “cuma kerja begini” tapi mereka turut mendoakan dan mendukung apa yang saya lakukan. Selagi positif, halal, tanggung jawab dan saya enjoy.
            Gaji yang saya terima awalnya hanya Rp. 150.000,-. Itupun saya harus latihan mental menghadapi karakter anak yang macem-macem. Kadang harus hujan-hujanan demi menjemput rezeki yang sebenarnya “tidak seberapa”. Bahkan saya pernah nabrak truk dan harus melerakan motor pemberian Bapak remuk bagian depan. Mungkin saya lagi dapet teguran. Tuhan menampar saya saat saya lalai.
            Hampir dua tahun berjalan. Gaji saya sudah belipat-lipat (bukan sombong, just sharing). Tapi belum sebanding kok sama gaji karyawan pabrik dan masih naik turun. Tapi saya bahagia, karena setidaknya ada kesibukan yang mengelilingi saya. Setidaknya otak saya terus bekerja dan saya juga tidak kesepian dirumah. Karena saya bisa beli barang, buku favorit saya, belanja kebutuhan pribadi saya sendiri tanpa harus minta ibu *kalau kepepet baru minta. Seandainya kalau ada temen ultah, nikah atau wisuda saya sudah punya pegangan sendiri. Sekarang ibu juga tidak pernah melarang saya main atau pergi kemanapun. Asal saya tetap bisa kontrol pengeluaran dan harus menabung.
            Saya tidak pernah merasa kekurangan. Cukup saja segalanya berjalan. Padahal ya gaji tidak besar, dibanding mereka yang sering nge-mall, ngafe, shopping, nonton, liburan. Tapi saya tidak pernah sempat merasa iri dengan mereka. Karena setiap orang kan punya porsi rezekinya masing-masing. Saya hanya punya rasa syukur. Tapi tidak menutup kemungkinan ketika saya punya rezeki lebih mungkin bakal sering belanja juga. Namanya juga cewek.
            Saya jawab pertanyaan kedua dan ketiga
            Udah punya calon belum Nur? Kapan nikah Nur?
            Belum. Yaa mungkin udah tapi masih dirahasiakan sama yang diatas. Nikahnya besok kalau udah dilamar.
            Saya jawab pertanyaan keempat
          Hidup saya juga tidak selucu PM/status yang saya buat. Temen-temen nyender saya ketika mereka lagi ada masalah yaa Alhamdulillah. Tandanya kan mereka percaya dengan saya. Sudah saya bilang “saya memang belum tentu bisa memberikan solusi terbaik tapi setidaknya dengan mereka cerita itu bisa membuat sedikit lebih lega”. Kuncinya: Jadilah pendengar yang baik.
            Kalau boleh menoleh ke belakang, terlalu banyak hal berat yang harus saya lewati. Mungkin kalau tidak ada peristiwa kemarin, saya tidak sekuat hari ini.
            Dari kepolosan dan ketidak tahuan saya waktu kecil, ibu merasakan sakit minta ampun dan harus bolak balik ke rumah sakit karena kejatuhan sapi. Saya adalah anak yang selalu dititipkan pada kakek neneknya, tantenya, dan bahkan pernah tetangganya. Sampai akhirnya Bapak harus menggendong saya sambil mengajar di SD. Tapi saya jadi mengerti tentang kasih sayang dari banyak orang. Keluarga yang gotong royong waktu orang tua saya sakit.
            Waktu saya harus ditinggal selamanya karena kematian membuat saya nyaris kehilangan diri saya sendiri. Suatu hari, ketika kamu melihat di depan matamu, ia yang kamu sayangi tiada. Kamu akan menyadari, bahwa kematian selalu menepati janji. Nikmat yang harus saya syukuri adalah ditempatkan di keluarga yang sepenuhnya sayang, tidak ada kepura-puraan. Mereka bilang: Kamu nggak sendiri Nur, ada kita. Bangkit yaa... J
            Hal yang ibu saya takutkan tidak terjadi. Ketika awalnya penghasilan kami waktu Bapak masih ada masih tercukupi, tapi ketika Bapak meninggal menjadi turun drastis. Hidup dari seorang pensiunan PNS sebenarnya tidak banyak. Tapi Alhamdulillah ibu saya bisa mengelola uang tersebut dengan baik. Keluarga juga membantu tanpa meminta kembali. Kami tidak punya hutang sana sini sudah lebih dari cukup, bisa makan 3x sehari bahkan lebih harus bersyukur banget. Apalagi sampai saya bisa kuliah. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang mau saya dustakan?
            Ketika ada orang yang nggak suka sama saya. Karena iri misalnya. Saya jadi mikir, emangnya saya punya apa sehingga dia harus iri sama saya? Cantik juga enggak, tinggi, ramping, putih juga enggak, kaya juga belum, cuma mungkin kadang saya sedikit belagu sama kepedean sihh *hahaha bercanda. Saya cuma punya rasa syukur atas apa yang saya punya saat ini, atas apa yang terjadi dalam hidup saya. Masih banyak hal yang belum saya punya dan memang harus saya minta kepada Tuhan. Tapi mungkin Tuhan masih ingin melihat usaha dan doa saya lebih banyak lagi.
            Saya pernah iri sama orang. Kok kayanya dia punya segalanya, kok kayanya dia selalu diatasku, kok kayanya dia selalu bisa mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa harus susah payah. Tapi lama-lama hati capek sendiri. Sumpah deh, iri itu nggak perlu usaha. Kan ada hadist “Janganlah engkau iri akan nikmat yang diberi oleh Tuhanmu kepada orang lain. Karena sesungguhnya engkau tidak tahu apa nikmat yang sudah Tuhan ambil dari hidupnya”. Kita nggak tahu kan orang dari gendut bisa kurus karena diet mati-matian nggak makan nasi dan indomie pake telur malem-malem? Karena setiap orang pasti punya sesuatu yang nggak bisa dia miliki dan itu dipunyai sama orang lain disekitarnya.
            Saya bukan teman, tetangga, partner, sahabat yang super manis dan punya banyak kelebihan. Tapi saya selalu berusaha jadi manusia jujur dan tulus. Sampai sekarangpun masih belajar. Wajah saya hanya apa adanya yang bisa kalian lihat. Saya percaya, ketika saya memperlakukan orang lain dengan baik, mereka juga akan baik terhadap saya. Dan saya tidak perlu repot-repot untuk marah apabila ada yang mencurangi saya. Karena Tuhan-lah yang akan membela kamu langsung bila kamu dicurangi.
            Saya pernah membaca: “Sesungguhnya, manusia yang paling menyedihkan adalah yang kebehagiaannya datang dari mencuri senyum dari wajah-wajah di sekitarnya. Ada orang-orang yang memang memang cara hidupnya sangat malang, karena keberadaannya justru hadir lewat jalan mengecilkan cara hidup orang lain, hanya agar dirinya terlihat lebih besar-Fa”. Jadi sebenarnya saya adalah orang yang super cuek ketika ada yang tidak suka dengan saya. Itu hak mereka, yang penting hati saya tertata. Toh, kita tidak bisa memaksa semua orang untuk suka dengan kita. Hidup ini imbang, ada suka-duka pasti ada yang suka-dan tidak suka.
            Saya juga tidak seberuntung manusia yang lain, yang punya pasangan yang baik. Saya pernah merasakan ditinggalkan dan patah hati. Tapi dari situ saya belajar bagaimana bangkit lagi, bagaimana tumbuh lagi dan lebih berhati-hati dalam memilih. Enam tahun terakhir ini semoga Tuhan sedang menjaga saya, menjaga dari hal yang tidak pasti, menjaga dari hal yang memang nantinya bukan ditakdirkan untuk saya, karena itu tidak diberikan untuk saya. Sabar kalau belum ketemu jodohnya, ikhlas kalau memang yang hadir kemarin bukan jodohnya.
            Cara survive yaa begini “belajar bersyukur” dan “nggak iri-an sama orang”. Kita melihat hidup orang lain enak, tapi kita nggak tau masalah apa yang sedang dia hadapi. Siapa tahu dia punya masalah lebih besar hanya bedanya dia tidak mengeluh.
         
           

Kamis, 17 Agustus 2017

Komitmen

Beberapa hari yang lalu, ada temen deket yang bilang: “Nur, tak temenin jomblo yaa…”

Sontak kaget. Akhirnya kita ketemu cerita panjang lebar sampai 3 jam.

Pernah patah hati?

Patah hati yang seperti apa?

Hanya mampu memendam tanpa bisa mengungkapkan? Dia sudah bersama orang lain? Di putus pacar tanpa sebab atau hanya karena alasan sepale? Di selingkuhi? Di tikung? Atau bahkan di tinggal selamanya dengan dua dunia yang berbeda?

Saya memang bukan orang yang berpengalaman soal pacaran, ganti-ganti pasangan atau mudah dekat dengan laki-laki. Tapi saya tahu cara memperlakukan diri saya, menjaga diri saya dari hal-hal yang tidak saya inginkan, dan menempatkan diri saya untuk berteman atau dekat dengan siapa. 

Saya sangat mengerti apa yang di rasakan ketika “putus”. Ketika sudah diberi kebahagiaan selama bertahun-tahun atau hanya dalam hitungan bulan. Tapi tiba-tiba dikecewakan.

Ketika dengan mudahnya seseorang mengucapkan janji untuk setia, untuk tidak berpaling, untuk tidak pernah membuat air mata jatuh, untuk tidak pernah menyepelekan rasa kekhawatiran kita. Tapi ternyata dia berubah.

TUHAN MAHA MEMBOLAK BALIK KAN HATI.

Kita tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ada yang pacaran bertahun-tahun tapi tiba-tiba putus. Ada yang pacaran cuma bentar terus nikah. Ada yang nikah bertahun-tahun terus cerai. Ada yang hanya bisa diam, melihat orang yang dicintai bersama orang lain.

Ada rasa bosan, ada rasa ingin berpaling, ada rasa ingin mencari yang lebih baik.

Ketika ada temen cerita, saya mungkin tidak bisa sepenuhnya memberikan solusi terbaik. Tapi setidaknya dengan dia bercerita tandanya dia percaya dengan saya. Setidaknya dia bisa sedikit lebih lega karena sudah bisa meluapkan semuanya.

Saya hanya bisa bilang: “Move on itu butuh waktu. Nggak bisa dipaksa. Kecewa pasti, nangis itu wajar. Percaya dehh, tidak mudah melupakan kebiasaan-kebiasaan yang tadinya ada setiap hari menjadi tidak ada. Saya pernah di titik itu.”

Ketika kita jatuh cinta, kita juga harus siap patah hati. Kembali lagi, manusia harus siap menghadapi dua hal. Meninggalkan atau ditinggalkan.

Enam tahun yang lalu, saya merasakan bagaimana bahagianya dibuat melayang. Tidak butuh waktu lama dia membuat saya jatuh cinta, tapi sekaligus membuat mata saya buta. Maklum, saat itu masih jadi ABG labil. Tapi untungnya, Tuhan membuka mata saya bahwa ternyata dia tidak bisa saya ajak untuk berjalan bersama, tidak bisa menghargai kekhawatiran saya, tidak setulus rayuannya dan banyak hal lainnya. Butuh waktu berbulan-bulan untuk melupakan, untuk membuka lembaran baru kembali, untuk bisa memperbaiki apa-apa yang salah dengan diri saya sebelumnya.

Wajar apabila kita menyayangi seseorang, sebisa mungkin kita akan lakukan yang terbaik, memberikan yang terbaik agar dia tetap disisi. Ternyata memang benar, melupakan tidak bisa secepat saat dulu jatuh cinta.

Kalau ditanya menyesal, sempat dulu menyesal. Tapi saya percaya ada alasan dibalik Tuhan mempertemukan, mendekatkan, lalu memisahkan. Salah satunya membuat kita belajar.

Tahun demi tahun berganti. Saya belajar banyak hal dari dunia sekitar. Salah satunya tentang kasih sayang.

Ada orang yang begitu beruntung bisa bersanding dengan orang yang sangat setia, menjadikan pasangannya menjadi satu-satunya yang ada di hati. Ada orang yang sedang menunggu pujaan hatinya yang kini sedang bersama orang lain. Ada yang hanya bisa diam memendamnya. Ada yang menyayangi dengan baik namun tidak mendapatkan balasan yang sama.

Ada pula orang yang mencintai pasangannya dengan cara yang kurang tepat. Bukan menjaga, tapi mengekang. Di larang ini, di larang itu. Ada juga yang tidak bisa menjadi diri sendiri di hadapan orang yang di cintai. Terlalu memaksakan untuk menyukai hal yang sama dengan pasangannya. Ada yang terlalu pencemburu sehingga ruang pertemanan menjadi sempit, tidak sebebas dulu. Ada yang dipaksa harus lapor 24 jam sedang dimana, dengan siapa, sedang buat apa.

Ada dua hal yang terjadi kita menjalin hubungan pacaran dengan seseorang. Ada yang menjadi pribadi semakin baik dan tetap menjadi diri sendiri. Atau justru sebaliknya, kehilangan dunianya sebenarnya. Di sekitar saya beberapa kali saya menemukan seseorang yang awalnya jomblo, sering ikut nongkrong bareng sama temen-temen, tetapi saat mempunyai pacar tiba-tiba hilang dari tongkrongan, lebih asyik sendiri dengan gadgetnya dan lebih sering dengan pacar barunya. Hal itu yang justru membuat dia kehilangan dunianya sebenarnya, terlalu terlena dengan asmaranya. Padahal nanti seandainya putus, tempat kembalinya adalah teman-temannya.

Kadang sayang heran, ketika melihat seseorang yang dengan mudahnya berganti-ganti pasangan. Semudah itukah mereka jatuh cinta dan semudah itukah mereka melupakan? Kalau saya, tidak semudah itu bisa melupakan dan pasti tidak semudah itu ingin dilupakan. Justru saya malu ketika harus berganti-ganti pasangan. Seolah-olah saya tidak bisa menjaga hubungan baik dengan seseorang.

Semakin ke sini saya menyadari bahwa untuk berkomitmen dengan seseorang yang dibutuhkan bukan hanya soal CINTA. Cinta saja tidak cukup untuk membuat sebuah hubungan berhasil. Tapi juga tentang visi misi kedepannya, restu keluarga, gaya hidup, pola pikir, jarak dan lingkungan sekitarnya. Ada juga pasangan yang berasal dari NU dan Muhammadiyah menjadi sedikit problem setelah menikah. Amalan yang sedikit berbeda tidak jarang membuat perdebatan kecil. Hubungan yang serius itu bukan cuma tentang mencari persamaan, tapi lebih tentang bagaimana menyatukan perbedaan.

Saya hanya berdoa setiap usai sholat: “Ya Allah, berikanlah hamba jodoh yang bisa menuntun saya menjadi orang yang lebih baik, menyayangi keluarga saya, dan bisa meredamkan amarah saya serta mampu menyederhanakan semuanya .” Mapan adalah proses kami berdua, ganteng adalah bonus.

Menikah itu bukan tentang “Aku menikah sama kamu karena kamu A,B,C. Tapi aku menikah sama kamu WALAUPUN kamu A,B,C.


Ketika saya mempunyai hubungan spesial dengan seseorang saya akan menyimpannya rapat-rapat sampai benar-benar sudah waktunya untuk dibagi. Hanya orang-orang terdekat yang wajib tahu. Orang lain mungkin bisa tahu saya pergi kemana, makan apa, sedang apa. Tapi, orang lain tidak akan saya biarkan tahu tentang asmara saya. Kenapa?


Karena saya tidak mau mendahului takdir Tuhan, sesuatu yang belum pasti. Saya tidak bisa memastikan apakah dia jodoh saya sampai ijab qabul diucapkan. Keinginan untuk share pasti ada. Namanya juga “cewek”. Tapi alangkah baiknya jika Allah “sah” kan dulu semunya.

Saya anak tunggal, ayah sudah meninggal. Saya merasakan kasih sayang dari keluarga yang begitu luar biasa hingga mengantarkan saya menjadi seperti saat ini. Makanya, saya ingin jodoh yang bisa saya ajak untuk turut sama-sama menyayangi keluarga dan sanak saudara kita.

Saya pernah dititik patah hati, kecewa, menunggu atau bertepuk sebelah tangan. Apabila nanti saya bertemu jodoh saya. Semoga kita berdua adalah orang yang sama-sama bahagia karena telah menemukan, bersyukur karena telah dipertemukan, dan tidak ingin kehilangan karena tahu bagaimana sulitnya mencari. Enam tahun lebih saya sendiri and now I’am still single. Semoga Tuhan benar-benar sedang menjaga saya untuk pasangan saya kelak dan masih memberikan saya kesempatan untuk memperbaiki diri.

Saya sendiri ketika melihat laki-laki pasti yang saya lihat pertama adalah penampilannya. Tidak harus berbarang branded, yang penting sopan dan bersih. Kedua yang saya lihat adalah bagaimana cara dia membangun komunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Saya suka orang yang ramah. Saya ingin menjadi istri yang bisa menjaga aib suami, menjadi istri yang patuh, dan ibu yang baik untuk anak-anak saya nanti. Aamiin.

Tapi untuk saat ini, saya masih ingin menata hidup saya, menata masa depan saya, membahagiakan keluarga. Untuk urusan jodoh, biar takdir Tuhan yang bekerja. Saya hanya bisa menjalin hubungan baik dengan siapapun. Entah nanti jodoh saya dari teman lama, teman baru, teman kerja, dikenalkan teman atau dikenalkan saudara, atau dari yang tidak saya sangka. Akan selalu saya genggam doa terbaik.

Jumat, 09 Juni 2017

Graduation


            3 tahun 5 bulan 16 hari. Sejak awal saya masuk kuliah, saya tidak memasang target kapan lulus, yang saya tahu, normalnya S1 adalah 4 tahun. Semester I saya jalani penuh dengan adaptasi, untuk move on dari SMA ke bangku kuliah itu nggak mudah. Semester II penuh dengan jadwal padat dan merasakan titik jenuh. Kenapa? Karena ternyata jadi mahasiswa KUPU-KUPU (Kuliah-Pulang, Kuliah-Pulang) itu nggak enak. Bosen banget. Ketika melihat temen-temen lain udah pada mulai berkembang, saya belum bisa apa-apa. Semester III penuh dengan jadwal Suka TV dan tugas praktek. Sejak saya ikut Suka TV setidaknya kuliah saya berwarna. Ketemu temen baru, ilmu baru dan pengalaman baru pastinya. Semester IV penuh dengan anniversary Suka TV 4 dan tugas kuliah juga. Semester V penuh dengan event angkatan 7 Suka TV dan tugas tapi jadwal kuliah sudah mulai berkurang. Semester VI penuh dengan anniversary Suka TV 5 dan banyak beban ke depannya, dimana harus mikir KKN, magang, skripsi. Semester VI ini saya mulai mengajukan judul skripsi, itupun saya harus balik 2x karena teori saya kurang kuat. Mencari tempat magang yang dekat dengan rumah dan kampus, Alhamdulillah dapat di TVRI bulan September. Saya ingin sesudah pulang KKN semua urusan sudah beres.
            Dari sepanjang perjalanan kuliah, mata kuliah yang paling susah buat saya adalah KKN. Kenapa? Karena saya tidak bisa jauh dari rumah. Bukan karena manja, tapi karena ibu saya. Ibu saya sudah usia 65 tahun, sendiri dirumah. Saya anak tunggal. Kakinya pincang, tidak bisa jalan jauh. Bagaimana kalau ibu perlu ke pasar, bagaimana kalau ibu sakit, bagaimana kalau ibu kesepian. Satu bulan KKN membuat saya kurus, turun 3kg. Seminggu sekali saya harus pulang mengecek keadaan ibu. Saya tidak peduli kalau nilai KKN saya jelek, yang penting ibu saya. Tapi Alhamdulillah saya dapat A. Saya jadi berpikir, lebih baik saya dirumah tapi pulang malam daripada harus jauh dengan ibu. Saya hanya ingin menemani beliau dimasa tuanya.
            Oktober 2016 saya mulai mengerjakan revisi dan seminar proposal. Saya mulai memasang target, Februari harus sidang dan Mei harus wisuda. Saya menikmati setiap lembar skripsi saya. Setiap hari saya kerjakan walaupun hanya dapat 1 halaman. But It’s OK, yang penting saya punya target. Waktunya main ya main, waktunya istirahat ya istirahat. Saya pernah macet seminggu, jadi ada rasa bersalah. Tapi ada sahabat saya yang menjadi partner sejak Maba, kuliah, komunitas, pengajuan judul, skripsi dan sampai sidangpun hanya selang 2 hari. Memang benar, kalau kita dekat dengan penjual parfum yaa kita ikutan wangi, kalau saya dekat dengan orang rajin yaa saya ketularan rajin, hehe J
            Setiap mahasiswa itu pasti punya problemnya masing-masing. Ada yang susah ngajuin judul, di tolak berkali-kali. Ada yang dapet DPS susah ditemuin, di WA atau di SMS nggak pernah bales. Ada yang maunya di telfon aja, bahkan ada yang PHP. Ada yang perfeksionis sampai titik koma nya. Alhamdulillah saya mendapatkan DPS yang keibuan, fast respon, bahkan beliau minta maaf kalau mengoreksi skripsi saya terlalu lama. Kata beliau, bukannya kalau kita memudahkan urusan orang lain, maka Allah juga akan memudahkan urusan kita. Semoga Allah senantiasa memudahkan urusan beliau.
            Tapi saya mengalami trouble di akhir menjelang sidang. Ketika saya sudah menyiapkan semuanya, foto sidang, sudah melengkapi persyaratan, jadi besok ketika di ACC bisa langsung daftar, ternyata revisi nya jadi banyak banget. Setelah daftar, dapat dosen penguji ternyata penguji II tidak bisa karena ada jadwal ngajar. Ada 2 kemungkinan waktu itu, antara ganti jadwal atau ganti hari. Seketika migran mendadak. Langsung minta ganti dosen ke kajur, tapi jawaban di gantung 2 hari. Nggak enak makan, tidur nggak nyenyak. Setelah dapat ganti dosen penguji bisa lega,  tapi malemnya DPS bilang kalau lagi diluar kota dan minta di undur, takut pulangnya terburu-buru. Ya Tuhan cobaan apa lagi ini. Tapi Alhamdulillah tidak jadi diundur.
            Menjelang sidang saya baca Al-Lukman, Al-Mulk agar pikiran dan hati terbuka, sering baca Al-Fatihah dan sholawat. Saya percaya kekuatan doa bisa menolong saya. Deg-deg an pasti, grogi iya. Tapi itu tidak saya alami ketika keluar dari rumah. Sepanjang perjalanan saya banyakin doa, sampai dikampus sama sekali tidak merasakan apapun. Deg-degan tidak, grogi juga tidak. Sampai akhir Alhamdulillah Allah menolong. Nilai A- buat saya luar biasa. Saya lulus dengan perbaikan dengan waktu 2 bulan.
            Berkutat dengan revisian saya kerjakan 1 hari. Satu tanda tangan dari dosen penguji itu sangat mahal harganya. Melewati proses yudisium sampai pendaftaran wisuda. Pertengahan Maret segala urusan sudah selesai dan hanya tinggal menunggu waktu wisuda bulan Mei. Saya gunakan untuk istirahat sejenak tapi tetap bekerja. Melanjutkan tugas saya mengajar murid-murid dan sembari mencari pekerjaan lain.


            Saya mempersiapkan wisuda tidak muluk-muluk. Baju yang saya pakai pemberian kain dari sahabat saya pada bulan April, lalu saya jahit kan dengan model pesanan saya. Modelnya sangat sederhana. Hanya kutubaru dan rok lilit. Tapi saya senang itu pemberian dari orang terdekat dan saya bangga memakainya. Saya bisa membayar jahitan dengan uang hasil keringat saya sendiri. Itupun baru jadi H-2 wisuda. Sepatu yang pakai pun tidak baru, high heels yang pernah saya pakai waktu wisuda MAN. Jilbab nya pun baru saya beli H-3 wisuda. Make up saya tidak di salon, tapi saudara saya yang menyulap wajah saya. Beliau bukan orang salon, tapi beliau bisa. Saya sangat menghargai beliau yang dengan senang hati menawarkan diri tanpa di bayar, bangun pagi hanya untuk make up in saya. Saya bisa mengajak om, tante, kakak, teteh dan kedua sahabat saya untuk foto studio. Uang foto lebih mahal dari pada uang menjahit baju. It’s OK. Toh saya tidak wisuda lagi, toh ini moment langka. Alhamdulillah saya bisa memenuhi kebutuhan wisuda saya dengan hasil keringat saya sendiri. Suatu hal yang harus saya syukuri. Setidaknya orang tua sudah lega ketika anaknya lulus.



            Wisuda tidak di hadiri oleh ibu saya. Sedih memang. Tapi karena kondisi beliau yang tidak memungkinkan untuk datang akhirnya di wakili oleh Om dan Tante (adiknya ibu).  Tapi bagi saya lebih baik ibu diam di rumah tapi sehat daripada harus bertemu kerumuman banyak orang, berkorban tenaga untuk saya tapi setelah itu drop kecapekan. Saya tidak ingin itu terjadi.



            Kado yang saya berlipat-lipat saat wisuda daripada saat ulang tahun. Pemberian dari sahabat terdekat. Saya tidak mengundang siapapun saat wisuda. Karena saya percaya tanpa diundang pun mereka pasti datang. Doakan saya agar setelah tali toga saya dipindah ke kanan, saya bisa mengarungi kehidupan sebenarnya, Di mudahkan dalam segala urusan dan selalu di kelilingi oleh orang-orang yang memberikan saya pelajaran hidup.


            Ketika saya pulang dengan kostum wisuda, raut wajah ibu saya bahagia sekali. Saya ingin foto bersama ibu, walaupun hanya di teras rumah. Ternyata memang benar, orang tua lebih bangga ketika melihat anaknya wisuda dibandingkan ketika anaknya menikah. Karena kalau menikah semua orang tua pasti mengalami, moment wisuda tidak semua orang tua bisa merasakan. Bersyukurlah ketika kalian bisa kuliah, bersyukurlah ketika orang tua kalian dari keluarga pas-pas an tapi bisa mengantarkan kalian kuliah.    
            

Jumat, 12 Mei 2017

Jangan Terlalu Banyak Berharap pada Manusia

            Ternyata memang benar. Orang yang berpeluang menyakiti kita adalah orang paling dekat dengan kita. Bukan hanya pepatah, tapi saya yakin kalian pasti pernah mengalami itu. Misalnya di sakitin pacar sehingga menjadi mantan, di tikung oleh orang yang kita anggap teman, atau bahkan di tinggalkan tanpa alasan. Pernah mengalami itu? Yaa, saya pernah.

            People come and go.

            Seseorang datang dan pergi. Itu wajar, tapi yang jadi masalah adalah bagaimana ketika yang pergi adalah yang benar-benar dekat dengan kita, yang menyakiti adalah orang yang sudah kita anggap menjadi salah satu harga yang berharga.

            Apa sihh yang salah dengan diri kita sampai orang tega melakukan hal “itu” dengan kita. Dua puluh satu tahun hidup membuat saya belajar banyak hal. Kenyataan terpahit yang pernah saya alami adalah saat Bapak meninggal. Saya dan ibu seolah kehilangan rumah di rumah kami sendiri. Saat saya sedang butuh support orang tua tapi bapak pergi saat kenaikan kelas III MTs. Tidak ada lagi orang yang membimbing saya, mendoakan saya di setiap sholatnya, beliau tidak pernah absen berdoa disamping saya setelah tahajud. Sekarang hanya satu orang yang saya salami ketika akan pergi, tidak ada lagi yang menunggu kepulangan saya di teras rumah, tidak ada lagi yang menemani saya puasa ketika saya punya hutang puasa Ramadhan. Bahkan saya ke makam beliau baru 7 hari setelahnya. Karena saya takut, masih tidak percaya. Tapi ini hidup. Mau nggak mau saya harus siap.

            Dari sini saya belajar, bahwa manusia harus siap dengan dua hal. Meninggalkan atau di tinggalkan.

            Pernah suatu ketika saya bisa bersanding dengan orang yang saya cintai. Ketika ada masalah, hal yang seharusnya bisa kita perjuangkan bersama tapi dia pergi. Kamu, seseorang yang tidak pernah lagi muncul setelah kamu pergi. Terimakasih, dari kamu, saya belajar bahwa sebenarnya diri saya berharga. Terlalu berharga sehingga memang pantas kamu tinggalkan. Saya tidak pernah mendoakan jelek terhadapmu, karena memang ini salah saya. Membiarkan kamu ada, membiarkan kamu menetap sejenak. Setelah kamu pergi, saya sempat terpuruk. But its OK, Tuhan masih menuntun saya berpikir logis, bahwa hidup saya terlalu berharga dan masa depan masih panjang,

            Saya merasakan proses bangkit yang luar biasa. Memantapkan diri untuk menata kembali hidup, sekolah, masa depan. Saya jadi makin dekat dengan Tuhan, karena saya tidak tahu lagi harus bersandar dengan siapa. Ibu tidak memahami kondisi saya waktu itu, teman-teman tidak 24 jam bersama saya. Dari situ saya belajar bahwa sebelum jatuh cinta, sebaiknya jatuh hati dulu. Sebelum jatuh hati, sebaiknya kenali dulu. Kita harus sama-sama tahu bagaimana marahnya kita masing-masing, bagaimana jika kita harus melewati perjuangan berat berdua. Bagaimana hubungannya dengan Tuhan, bagaimana dia dengan keluarga kita, kita dengan keluarganya. Dengan dia apakah kita menjadi diri sendiri tanpa harus jaim. Mau atau tidak kah menerima segala kekurangan kita. Think again please.

            Saya beruntung memiliki teman-teman yang baik. Memang tidak ada teman sempurna, tapi ketika kita bisa sharing, kita dari lingkup keluarga yang berbeda, karakter yang berbeda bisa membuat kita sama-sama belajar. Sejak saya patah hati, saya memutuskan focus untuk sekolah, memperbanyak teman, menambah pergaulan, cari pengalaman sana-sini. Bukan untuk sekedar sok sibuk atau melupakan sakit hati. Tapi untuk belajar. So far, so good.

            Dua puluh satu tahun saya banyak bertemu orang yang wataknya macem-macem. Ada yang baik banget, baik aja, lumayan baik, jahat banget, jutek, kocak. Pokoknya banyak. Saya juga juga bisa menjadi type orang yang bermacam-macam. Sampai sekarang saya masih belajar bagaimana tidak mudah marah, belajar bagaimana sabar dan ikhlas. Sumpah susah banget. Tiap selesai sholat saya berdoa, Ya Allah, beri saya kesabaran yang seluas-luasnya dan ikhlas selapang-lapangnya. Untuk menghadapi apapun itu.

            Saya pernah ada di fase sampai diem-dieman sama orang hanya karena masalah sepele tapi gagal kita selesaikan. Saya merasa menjadi orang yang gagal ketika tidak bisa membina hubungan dengan baik. Tapi saya juga bisa menjadi orang yang sama sekali tidak lagi peduli lagi dengan orang itu. Saya tidak pernah memilih pergi dari seseorang, buat apa??? Kecuali mereka yang meminta saya untuk menjauhi atau mereka yang sudah tidak lagi nyaman dengan saya.

            Saya mikir, saya salah apa. Setelah saya flashback, saya pernah menyakiti orang dan setelah itu saya dapat balasannya. Bahkan lebih menyakitkan. Hukum karma memang benar adanya kah? Ketika saya jahat dengan si A, dia tidak balas dendam. Tapi justru saya mendapat balasan dari orang terdekat saya sendiri. Bahkan yang sudah saya anggap saudara. Percaya atau tidak, saya mengalami sendiri.

            Setiap relationship pasti ada ujiannya, sama saudara, temen, pacar, keluarga. Hubungan awal yang terlihat manis, baik, seakan tidak ada cacatnya. Di social media terlihat begitu sempurna, tapi kita nggak pernah tahu apa yang terjadi di dalamnya.

            Kesalahan terbesar dalam hidup saya adalah terlalu banyak berharap. Berharap bahwa orang lain akan selalu baik terhadap kita, orang lain akan membalas kebaikan kita. Ketika karma menimpa saya, sejak itu saya belajar bahwa dalam hidup jangan terlalu banyak berharap lebih pada sosok yang bernama manusia. Orang yang berpeluang menyakiti kita adalah orang terdekat kita sendiri.

            Ketika kita sampai di fase sudah tidak lagi sepaham dan memilih untuk meninggalkan atau ditinggalkan, itu yang paling berat. Bayangkan orang yang sudah menjadi salah satu harga berharga di sisi kita tiba-tiba harus saling menyakiti, harus saling membenci, ketika ketemu di jalan memilih untuk pura-pura tidak melihat. Sama-sama menjadi orang asing, berat lohh rasanya. Saya pernah mengalami itu.

            Ketika saya dianggap merebut sesuatu dari orang lain. But its OK, nggak papa. Saya persilahkan untuk ambil apa yang menurut dia sudah saya rebut. Saya percaya, Tuhan akan memberikan ganti yang lebih baik. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu saya mendapatkan ganti itu, bahkan berlipat-lipat. Tidak perlu saya jelaskan dalam hal apa.

            Dari buku yang saya baca, ada orang-orang yang tidak begitu beruntung, karena kebahagiaannya datang lewat cara merebut senyum dari wajah-wajah di sekitarnya. Ada orang-orang yang memang cara hidupnya sangat malang, karena keberadaanya justru hadir lewat jalan mengecilkan cara hidup orang lain, hanya agar dirinya terlihat lebih besar. Saya memahami bahwa setiap manusia hanya sedang berusaha bertahan hidup dengan caranya measing-masing dan dengan kehilangannya sendiri-sendiri.

            Kita nggak akan pernah tahu apa yang terjadi dalam sebuah hubungan. Ada ibu yang tega membunuh anaknya, ada suami yang tega menganaya istrinya, ada pacar jadi mantan, ada suami istri jadi cerai, ada teman jadi musuh. ONE AGAIN, JANGAN TERLALU BANYAK BERHARAP.

            Sekarang saya menyayangi mereka yang ada di sisi dengan begitu sederhana. Membiarkan mereka bebas, tidak harus bertemu saya setiap hari, tidak perlu mengabari saya apa yang mereka lakukan, tidak perlu menceritakan masalah mereka terhadap saya, sekalipun itu sahabat saya. Saya tidak pernah menuntut itu.  Hubungan yang baik akan tercipta ketika kita sama-sama memberikan jarak. Kita punya waktu untuk diri kita sendiri diluar mereka, mereka juga punya hak yang sama.
            Saya tidak pernah menyumpahi “semoga kamu yang menyakiti saya mendapatkan balasan lebih”, tidak pernah sama sekali. Buat apa, saya bukan Tuhan yang mengukur titik kesalahan sesama. Justru saya mendoakan, semoga kalian tidak mengalami apa yang saya rasakan, semoga kalian tidak mengalami apa yang sudah kalian perbuat terhadap saya. Tapi maaf apabila saya menjadi orang yang tidak lagi perduli dengan urusan kalian.


            Sekarang saya hanya bisa menjaga apa yang ada di sisi. Yakin saja Tuhan hanya akan membiarkan orang yang terbaik untuk selalu berada di sisimu. Mereka yang hilang memang sudah sepantasnya menghilang. Kadang, kita hanya perlu memahami. Apakah hidup kita hanya berjalan untuk melihat seseorang berambisi? Apakah hidup kita untuk memenuhi tujuan orang lain? Tidak bukan? J

NO GLAMOUR


            Entah berapa banyak orang yang bilang “Enak yaa bu…punya anak kaya Nur, nggak doyan daging, jadi irit”. Tapi tidak sedikit juga yang bilang “Wahh Nur kii nggak bisa di ajak jadi orang kaya, apa-apa nggak doyan, payah”.
            But I don’t care about her/his opinion. Katanya dulu waktu kecil aku diajak nonton penyembelihan hewan Qurban dan liat darah banyak banget. Sejak itu aku nggak doyan daging sapi, kambing. Kalau sapinya di bikin bakso dan abon masih suka (asal nggak liat cara bikinnya, soalnya kalau liat jijik sendiri). Atau lebih gampangnya aku nggak bisa makan selain daging ayam, lele, dan nggak semua ikan air tawar bisa aku makan, nanti gatel.  Seafood, bebek, sushi, pizza aku nggak bisa makan. Entah kenapa aku pernah coba dan berakhir enek di mulut, mules di perut. Yes maybe lidahku lidah Jawab banget :D
            Tapi aku bersyukur nggak doyan makanan yang aneh-aneh. Karena kalau doyan dan nggak bisa nahan bisa-bisa duitnya boros buat jajan. Ndilalah, aku juga bukan type anak yang suka nongkrong di mall, café, nonton bioskop, karaokean. Dulu suka karena penasaran, pengen tahu kayak apa sihh dalemnya, kayak apa sih rasanya. Tapi makin ke sini semakin tidak menemukan kenyamanan di tempat-tempat itu.
            Ketika pulang dari mall yang aku rasain capek, bukan karena nggak belanja apapun, tapi pulang tuu yaa kayak hambar, seneng juga enggak, capeknya iya. Di café pun aku jarang jajan, paling minum doang, yang penting bisa ketemu temen-temen. Rasanya terlalu eman ketika beli es teh harganya 5.000-8.000, padahal biasanya Cuma 2.000. Aku nonton bioskop baru 4x. Serius. Empat kali itu film 5cm, 99 Cahaya di Langit Eropa, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Surga yang Tak Dirindukan. Aku cuma mau nonton film ke bioskop kalau pemain dan isinya bener-bener bagus. Selebihnya aku bisa nahan biar download di youtube.
            Konyolnya lagi aku nggak bisa di ajak naik mobil keluarga. Kalau naik mobil atau taxi yaa kaca mobilnya harus di buka, aku nggak tahan sama AC mobil, mabuk kendaraan. Terus aku mikir, apa aku cocoknya naik penggilingan padi aja yaa :D, lagi-lagi di bilang “Nur tu payah dehh, nggak bisa di ajak jadi orang kaya”.
            Dari cerita tadi, aku bersyukur. Ketika aku di lahirkan dari keluarga PNS dan IRT. Ketika Bapak meninggal gaji turun drastis. Dari MTs udah mulai di ajarin cara mengelola uang. Jaman dulu aku dikasih jatah 150.000-200.000 per bulan. MAN di kasih 200.000-300.000. Kuliah di kasih 550.000 (Itu udah bensin, belanja bulanan ku, paket data pulsa, keperluan iuran kampus, jajan, atau iuran ultah). Selebihnya ibu nggak tanggung jawab ketika kurang. Dari situ aku belajar nahan segala sesuatu. Kalau aku terlalu banyak pengen, jajan ini itu, nongkrong mall, café, maniak nonton sana-sini, aku nggak bisa hidup. Alhamdulillah nya aku pernah iri dengan mereka-mereka yang tiap hari bisa check-in di mall, café, nonton bisa sebulan sampe 5x. Kalaupun aku punya duit dan ketika aku tidak menemukan kenyamanan di tempat itu yaa aku nggak akan menginjakkan kaki di situ.
            Apalagi sekarang udah lulus jatah bulanan makin lama makin di kurangi, dari 550.000 ke 400.000 turun lagi ke 300.000 dan bulan ini 250.000. Itu sudah termasuk SEMUANYA (bensin, belanja bulanan ku, paket data pulsa, iuran sana-sini). Belum lagi tagihan BPJS setiap bulan yang harus aku tanggung. Alhamdulillah 3x bayar BPJS pakai uang gaji sendiri. Bukan sombong, tapi ada kebanggaan tersendiri ketika apa yang kita butuhkan bisa kita penuhi dengan keringat sendiri. Dengan penghasilan yang belum tetap tapi Alhamdulillah Allah selalu mencukupkan. Aku selalu mikir, apa ini yaa hikmahnya aku nggak suka makanan yang mahal dan nggak suka nongkrong di bangunan gedhe dan instagramable. Apapun itu terimakasih ya Allah, nikmat sebungkus nasi kucing dan es susu tape Pak Agus sambil rasan-rasan, penyetan/geprekan sambil ngobrol-ngobrol cantik membuat aku pulang dengan rasa bahagia.
            Lahir dari keluarga sederhana, yang nggak semua keinginan langsung terpenuhi, harus sabar lama, kalau pengen beli ini yaa kudu mengorbankan yang lain. Semakin ke sini makin sadar, makin terlatih, yaa kalaukita pengen sesuatu usahanya harus lebih keras. Ketika mengorbankan uang 35.000 untuk nonton, atau uang 8.000 cuma buat es teh. Rasanya Ya Allah kok sayang banget. Mending aku beli es teh 2.000 dan yang 6.000 di infakin. Dari dulu punya cita-cita kalau punya rezeki lebih pengen beli dagangan simbah-simbah/orang yang nggak laku jualan. Suka kasian, nggak tega gitu. Keluarga mereka di rumah makan apa, anaknya makan apa. Kasian kalau nggak laku. Semoga Allah Engkau meridhoi J

            Ternyata memang benar, untuk bahagia nggak perlu mewah. 

Kamis, 31 Desember 2015

Awesome Moment In 2015

Nggak tau mesti ngerangkai huruf-kata-kalimat yang gimana lagi. Pokoknya thanks a lot God, thanks for awesome moment in 2015. Dipertemukan dengan orang-orang hebat, dikelilingi kasih sayang yang luar biasa dari keluarga dan sahabat.


Ini salah satu awesome moment nya ketika snorkeling pertama kali di Umbul Ponggok sekitar bulan Januari tahun 2015. Takut, tapi Alhamdulillahnya ada kakak baik hati ini, Annisatun namanya. Cuma dia yang paling berani megangin aku di dalem kolam. Karena diantara cewek-cewek KPI A yang lain, Annisatun yang paling lancar renangnya. Kalau nggak ada dia, paling juga nggak bakal dapet foto ini. Maacih kakak :*


Maret 2015 adalah bulan penuh kejutan sepanjang tahun. Syukur tak terhingga ketika mereka dihadirkan untuk melengkapi cerita hidup. Ya temen cerita, berbagi, sharing, keluh kesah, seneng-seneng. Kaget, nggak nyangka, ketika mereka udah dirumah rame banget. Aku akuin surprise kalian berhasil. Nggak semua diantara kita ketemu tiap hari, bahkan nggak mesti komunikasi juga tiap hari lewat sosmed. Keadaan beda kelas, beda jadwal, bahkan ada yang beda kampus nggak menyurutkan keakraban kita. Tiap main ya ketemunya mereka, makan bareng di sela-sela jam kuliah ya sama beberapa diantara mereka. Buat aku walaupun jarang ketemu / komunikasi yang paling penting saling mendoakan. Yang penting jangan sampe ada rasa bosen aja. See you on top gaes :*

Apalagi mereka nihh. Ami dan Mila. Temen iya, saudara iya, kakak perempuan juga iya. Maklum diantara mereka aku yang paling kecil. Nggak tahu apa jadinya kalau nggak ada mereka sampai sekarang. Dari MAN kita kenal, bertahun-tahun sampai sekarang udah hampir semester 6, luar dalem kita udah tahu, keluarga udah saling kenal. Aku nggak tiap hari juga komunikasi sama mereka. Aku takut kalian bosen. Saat kita ketemu, itu harinya kita, tapi diluar kita nggak ketemu, cari dunia kita seluas-luasnya, cari temen, sahabat, keluarga baru sebanyak-banyaknya. Tapi satu hal yang paling penting. Kalian nomor 1 disini ❤. Duhh mewek, tisu mana tisu L




Ada hikmah dibalik cobaan. Cobaan tugas maksutnya, hehe J . Berawal dari tugas Sinematografi yang kita para mahasiswanya disuruh hunting foto pake beberapa teknik. Bingung mau minta tolong sama siapa, akhirnya ingetlah sama kakak satu ini. Kak Iqbal namanya, kakak angkatan dari SMA sama kuliah yang baik hati, suka menolong, rendah hati, supel dan selo tapi sekarang lagi jadi #AnakSokSibuk Berujung nyetreet di Tugu Jogja, ketemu sama fotografer nya Jogja. Istilahnya jaman sekarang orang-orang hitz di Instagram. Sampai akhirnya sekarang gabung di Gadget Grapher Jogja, ya semuanya berkat tugas Sinematografi.

Ketemu temen baru, punya ilmu baru, HP tiap malem jadi rame gara-gara grup. Bukan grup yang nguber-nguber deadline lohh. Tapi grup Line yang isinya selo, guyonan, ngajak main. Thanks kak Bal :D . Banyak ngajarin hal baru di penghujung tahun 2015, temen baru juga jadi lebih banyak. Jadi lebih ngerti arti “selo” yang sebenernya itu kayak gimana. Kalau udah chattingan sama mereka berdua, wes lahh, ngakak kocak. Suka duka punya temen sableng kaya Mazid “ada kerjaannya ribut, nggak ada bikin kangen”. *Semoga orangnya nggak baca. Makasih buat panggilan yang beda dari yang lain "Nungki". Temen tergokil yang kalau di ajak nongkrong bikin betah, kalau diajak ngerjain tugas selalu nyantai nggak bikin panik tapi tetep bakal kelar sebelum deadline. Maacih Mazid moment 2015 nya :*


Entah cobaan apa ketika ketemu sama kakak ini, Wkwkwk, berkah deng. Waktu buka gambar di kamera tiba-tiba ada foto ini. Lagi nyoba shadow ceritanya. Kak Ilham namanya. Kenal gara-gara satu kelompok tugas produksi talkshow di mata kuliah Produksi Acara TV 2. Awal-awal kenal radak resek, usil orangnya. But he was friendly, sociable, humble. Dan ternyata dia fotografer juga. Jadi kita udah kenal beberapa orang yang sama. Sampai akhirnya kita jadi temen grup Line. Aku suka sharing sama dia. Dari sekian banyak kakak angkatan cowok se-jurusan yang paling cocok, nyatu sharing ya sama kak Ilham. Nggak tau kenapa...Mungkin gini, setelah sharing ada sesuatu yang aku dapet. Dari yang awalnya nggak PD ikut challenge jadi punya keberanian buat ikut. Tujuannya nggak nyari menang, tapi setidaknya punya keberanian dan PD. Dia juga sering kasih tips trik seputar street photography juga. Dari kepribadian dia nggak mau cepet puas sama hasil fotonya, masih pengen belajar terus. Pokoknya thanks a lot kak, jangan bosen bagi ilmu nya sama gue yaa :P see you on top :)


Makasih buat kepercayaan lebihnya. Makasih kalau ada rezeki selalu bagi-bagi. Makasih buat kejahilan ngumoetin sleyer selama seminggu yang gue kira ilang :( Makasih pokoknya :* Walaupun beda aliran, jarang sekelas, nggak papa yaa. Yang penting apapun kesibukan Reny sekarang bakal bawa kesuksesan dimasa depan :)



Ini juga, duhh kehabisan kata-kata. Beberapa hari terakhir ini sering chattingan via BBM sama dia, dari yang ngomongin tugas, cerita aku yang lagi sakit, aku pengen ke Solo minta Mangga, tahunn barunan, dll. Pokoknya makasih banget buat moment 2015 dari yang kita makan bareng, cerita-cerita, bahas masa depan, curhat, gosip, Ngomong-ngomong kapan main ke rumah ? ditanyain sama emak gue. Bukan pacar yang ditanyain sama emak gue kapan main, tapi elu Nis... :P


Ini nihh, banyak yang bilang kita sepaket. Dimana ada gue, pasti ada dia. Kalau cuma ada gue dan nggak ada dia itu aneh dan banyak yang nanya "Mulia mana ? biasanya sepaket". Secara dari semester 1-5 kita jadwalnya 98 % sama semua. Berangkat-pulang bareng, tapi bentar lagi udah enggak :( antara sedih dan seneng sih. Nggak ada yang bisa diajakin nelat lagi. Harus mandiri gue, jalan dari parkiran ke kelas sendirian. Nggak ngebayangin gimana rasanya kebiasaan ada temen bareng dari semester 3-5 dan besok semester 6 tiba-tiba harus sendiri :(
Tapi diluar itu semua makasih yaa buat temen ngeluh, nyender, seneng, susah, dll. 2016 semoga bisa tetep sering bareng :)


Harus banyak belajar dari dia. Cerita dia yang bikin aku terharu habis. Sama-sama orang Solo. Eh dia Karanganyar deng, aku Kartasura. Yo pokokmen Surakarta lahh. Beruntung bisa kenal deket sama dia. Ulik, thanks yaa buat cerita-cerita di 2015 nya :*

2016 semoga jadi tahun yang lebih baik buat kita, harapan, cita-cita terkabul. Banyak kejutan. Kuliah-KKN-magang-skripsi lancar. Lancar juga rezekinya. Dikasih nikmat sehat sekeluarga. Dideketin sama jodohnya :) Amin...amin...amin ya Rabbal 'Alamin :)












Rabu, 31 Desember 2014

My Kaleidoskop 2014

Nggak kerasa ternyata udah 2015. Satu tahun ini aku ngerasa cepet banget. Entah aku yang nggak sadar atau terlalu bahagia atau bahkan mungkin terlalu selo ? Haha, selo sih enggak. Aku bakal cerita dikit tentang perjalanan aku selama 2014 :)

JANUARI 2014.
Aku ketemu orang baru, nggak lain dan nggak bukan adalah saudara sendiri. Sebenernya bukan orang baru sihh, tapi berhubung nggak pernah ketemu dan sekali ketemu udah akrab ya serasa dia jadi orang penting aja diperjalanan hidup gue :D
Namanya Mas Yuli. Orangnya baik, perhatian, kece dan insya allah sholeh, hahaha :D
Kita ketemu tanggal 10 Januari 2014, tanggal 11-12 nya kita jalan-jalan dan terakhir tanggal 15 aku nganter ke airport karena dia harus balik ke Banjarmasin.
Serasa quality time gitu. Dan yang paling penting aku serasa punya kakak cowok yang bisa ngemong banget. Aku diajak ke Tawangmangu, nonton Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Ketep Pass, Kedung Kayang. Pulang dari Solo badan gue serasa remuk semua, tapi lebih banyak senengnya. Soalnya selama ini nggak pernah tau Solo itu kayak apa, kesampaian juga ke air tejun. Tawangmangu itu air terjuan pertama dihidup gue.
Tapi sampai sekarang belum ketemu lagi sama Mas Yuli, udah hampir setahun sihh. Dan jarang kontakan juga. Nggak papa lagi, sama-sama sibuk kok, hahaha :D
Terimakasih banyak Mas Yuli untuk pengalaman yan luar biasa bisa tour Solo-Magelang :)

FEBRUARI 2014
Awal bulan ini aku menginjakkan kaki di semester II. Nggak kerasa cepet banget. Dan yang bikin sedih udah nggak sekelas lagi sama anak-anak KPI A yang super kompak dan kekeluargaan. Iya, mereka bagian dari hidupku. Keluarga baru, sahabat baru dan teman baru. Mereka ngajarin banyak hal, tenang kekompakan, kebersamaan, kedewasaan dan pola pikir terutama :) Sempet ada problem dikit di bulan ini sama temen, tapi Alhamdulillah semua kembali membaik. Mungkin sedang dapet teguran dari Allah :)

MARET 2014
Maret ini bulan tercinta gue. Kenapa ? karena hari lahirku ada disini. Iya 12 Maret 1996, 18 tahun lalu aku dilahirkan. Ulang tahun kali ini buat aku istimewa, karena aku udah jadi mahasiswa, punya sahabat baru dan serasa banyak nikmat aja :) Kue ultah yang istimewa, kado juga alhamdulillah dapet banyak. Buat aku itu pertanda banyak yang sayang sama aku. Terimakasih guys :*

APRIL-MEI 2014
Bulan-bulan ini serasa lagi dapet ujian dibangku kuliah. Aku merasakan berada dititik jenuh bangku kuliah. Nggak tau kenapa, berangkat kuliah, masuk kelas, matkul yang masuk itu serasa BLONG. Pokoknya yang penting tanda tangan sama ngerjain tugas. Aku ngerasa hidupku kok cuma gitu-gitu aja. Kuliah-pulang, kuliah-pulang. Mungkin karena aku nggak ikut UKM apapun. Sumpah boring banget, kayak nggak berkembang aja, otak gue serasa tumpul seketika. Iri sama temen-temen yang udah bisa berkembang karena ikut UKM. Semester III aku punya niat nggak boleh kayak gini lagi, harus bangkit, semangat dan punya kegiatan positif.

JUNI-JULI-AGUSTUS 2014
Ini adalah bulan terselo gue. Berhubung masa-masa uAS trus liburan dan anak kuliah itu kalau liburan semester genap lama. Hampir tiga bulan gitu. Dan Alhamdulillah, bisa ngisi kegiatan dimasjid, kebetulan aku terpilih jadi sekretaris panitia amalan bulan Ramadhan dan ngajar TPA. Bulik juga buka warung bakmi, Alhamdulillah liburan ada manfaatnya :) Nyambi jualan onlie juga berkat diajarin Teh Popi :)
Sempet ada problem besar juga. Tapi buat aku ada hikmahnya. Thanks a lot God :*

SEPTEMBER 2014
Bulan ini kaki menginjak di semester III. Setelah sekian lama nggak ketemu temen-temen, kangen banget sama temen-temen. Semangatku di semester ini lebih tinggi soalnya banyak liputan. Dan aku ikut Suka TV juga, jadi masa-masa selo akan berakhir :)

OKTOBER-NOVEMBER 2014
Dua bulan ini banyak ngabisin waktu sama tugas, termasuk hari libur. Banyak ngabisin waktu di Suka TV buat produksi acara, liputan, dan rapat. Tapi aku seneng, aku merasa berkembang disini. Karena besok didunia kerja tantangan lebih berat, anggap aja ini latian mental biar besok terbiasa :)

DESEMBER 2014
Waow udah dipenguhujung tahun nihh. Banyak suka-duka di 2014 yang nggak bisa aku tulis disini. Tapi yang aku pelajari dari tahun ini adalah jangan jadi orang munafik. Belajar mengikhlaskan sesuatu yang nggak bisa kita rengkuh. Belajar sabar dalam penantian, doa-usaha-ikhtiar. Pokoknya terimakasih banyak yang udah hadir di 2014. Semoga di 2015 lebih baik lagi dan bisa belajar dari kesalahan sebelumnya :)


 
Nurhayati Sugiyarno Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template